Kisah Pilu di Balik Gemerlap Karaoke: Perjuangan Para LC Memenuhi Kebutuhan Hidup


SALATIGA|TRANSSATU.COM-Tempat karaoke di berbagai kota, termasuk Solo dan sekitarnya, menjadi pilihan banyak orang untuk melepas penat dari tekanan hidup. Aktivitas bernyanyi selama satu hingga dua jam di ruang karaoke sering kali cukup untuk menghibur mereka.


Namun, di balik gemerlap lampu dan dentuman musik yang memeriahkan ruang karaoke, tersembunyi kisah-kisah pilu dari para pemandu lagu atau lady companion (LC). Faktor ekonomi menjadi alasan utama sebagian besar LC terjun ke dunia malam, meski pekerjaan tersebut kerap dirahasiakan dari keluarga.


“Kalau alasan atau motivasi mereka menjadi LC ya kebanyakan karena butuh uang untuk memenuhi kebutuhan hidup. Ada juga yang mengaku menjadi LC agar bisa membantu biaya sekolah adiknya,” ujar Ardy (bukan nama sebenarnya) kepada Transsatu pada Kamis (26/12/2024) malam.


Ardy, yang telah mengunjungi sejumlah tempat karaoke di Salatiga dan sekitarnya, berbagi cerita tentang salah seorang LC asal Kopeng, Jawa Tengah. Wanita bertato tersebut merupakan seorang janda dengan anak kecil. Ia bercerita kepada Ardy bahwa dirinya menjadi LC untuk menghidupi anaknya setelah menjadi korban kekerasan dari mantan suaminya.


“Kepada saya, ia mengaku pernah dipukuli oleh suaminya,” tutur Ardy.


Kisah serupa diungkapkan wanita lain yang menjadi LC karena suaminya tidak bekerja, padahal mereka harus menghidupi anak yang masih kecil. “Intinya karena mereka butuh uang,” tambah Ardy.


Dari Berbagai Daerah


Fenomena ini juga diungkapkan Mbambang, pelanggan karaoke asal kota Santri. Menurutnya, sebagian besar LC yang bekerja di Salatiga berasal dari berbagai daerah, termasuk Pacitan, hingga beberapa wilayah di Jawa Barat. Para LC ini sering kali berpindah-pindah tempat kerja untuk mencari penghidupan.


“Pengalaman mereka menjadi LC tidak hanya di Salatiga, tapi juga di daerah lain,” jelas Mbambang.


Dalam hal keterampilan, kemampuan bernyanyi para LC pun beragam. LC dari Jawa Barat, misalnya, umumnya belum mampu menyanyikan lagu-lagu berbahasa Jawa ketika baru beberapa hari bekerja di Salatiga. Namun, mereka berupaya belajar karena lagu-lagu Jawa menjadi favorit tamu.


Meski pekerjaan LC kerap dipandang sebelah mata, kisah-kisah mereka mencerminkan perjuangan keras untuk memenuhi kebutuhan hidup dan mengatasi berbagai tekanan hidup yang mereka alami.(Ady) 


Post a Comment

Previous Post Next Post